26 Feb 2013

Usaha Garam di Kabupaten Pati


Usaha Garam Rakyat di Kabupaten Pati

        Kabupaten Pati berada di Provinsi Jawa Tengah memiliki iklim tropis dengan perbedaan antara musim hujan dan kemarau sangat jelas. Musim penghujan terjadi pada bulan Oktober – Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan  April  - Oktrober. Kabupaten Pati mempunyai garis pantai sepanjang ± 60 Km yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, yang terbentang dari Kecamatan Batangan di sebelah Timur sampai dengan Kecamatan Dukuhseti yang berbatasan dengan Kabupaten Jepara di sebelah Barat. Kondisi alam ini menjadikan beberapa wilayah pantai di Kabupaten Pati merupakan wilayah penghasil garam.
Mengusahakan garam dilakukan masyarakat terutama di waktu musim kemarau (antara bulan April – Oktober). Pembuatan garam di tambak merupakan salah satu alternatif usaha yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding budidaya bandeng dan udang. Karena pada saat sekarang selisih keuntungan budidaya bandeng makin sedikit disebabkan ongkos produksi budidaya  ikan bandeng yang makin tinggi, terutama karena tingginya harga pakan ikan,  sedang harga jual ikan bandeng yang cenderung tetap. Sedangkan untuk budidaya udang windu maupun vanamei banyak yang mengalami kerugian karena matinya udang sehingga menyebabkan gagal  panen.
Usaha garam di wilayah Pati tersentra di 4 kecamatan yaitu kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa dan Trangkil dengan jumlah total seluas 2.043 Ha. Kecamatan Batangan memiliki luas lahan tambak garam terbesar yaitu 1611,6 Ha yang tersebar di 7 desa. Dengan total produksi rata-rata 80-150 ton per Ha. Kecamatan Juwana memiliki luas lahan tambak garam terbesar yaitu 378 Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total produksi rata-rata 80- 85 ton per Ha. Kecamatan Wedarijaksa memiliki luas lahan tambak garam terbesar yaitu 325 Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total produksi rata-rata 80- 85 ton per Ha. Kecamatan Trangkil memiliki luas lahan tambak garam 225 Ha yang tersebar di 4 desa Dengan total produksi rata-rata 75 - 80 ton per Ha. (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati, 2010)
Pembuatan garam di lahan tambak dimulai dengan membagi lahan menjadi beberapa petakan yaitu petak tempat penyimpanan air muda, petak peminihan dan petak kristalisasi. Tahapan pembuatan garam dilakukan dengan Pengeringan Lahan peminihan dan lahan kristalisasi, Pemasukan air laut ke petak penyimpanan air muda , pemasukan air ke petak peminihan (waduk), Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi, dan pengambilan kristal garam yang telah berumur antara 3- 10 hari. Alat yang digunakan untuk membuat garam ini terdiri dari silinder pemadat tanah yang terbuat dari kayu, penggaruk, dan keranjang untuk memungut garam.
Hasil garam yang telah dipanen disimpan digudang penyimpanan yang ada di lokasi tambak atau  dibawa pulang untuk disimpan di gudang yang ada di rumahnya serta ada juga yang langsung dijual kepada pengepul. Para pengepul kemudian menjualnya ke pabrik garam atau industri yang membutuhkan. Ada pula  petambak garam yang langsung menjual ke pabrik garam rakyat yang kemudian diolah menjadi garam briket beryodium. Pembuatan garam briket dilakukan dengan cara pencucian garam, pencetakan garam menjadi briket, pengovenan garam briket dan pengepakan garam briket.
Usaha pembuatan garam di tambak sampai menjadi garam briket konsumsi melibatkan banyak pekerja yang meliputi pemilik tambak, penyewa dan penggarap dengan jumlah total kira-kira 3.410 orang. Adapun jumlah tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan industri garam berjumlah 1.444 orang yang bekerja pada 60 perusahaan garam briket. Serta jumlah pedagang garam yang menjual garam briket mencapai kira-kira 200 orang (Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati). Pemasaran garam briket ini meliputi wilayah Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta  Lampung bahkan sampai ke Kalimantan.
Mengingat banyaknya tenaga kerja yang diserap dalam proses pembuatan garam konsumsi di Kab. Pati, maka industri garam di Pati sangat strategis untuk dikembangkan. Karena itu, dengan ditetapkannya Kab. Pati sebagai salah satu kawasan minapolitan garam diharapkan bisa memperbaiki prasarana infrastruktur untuk produksi garam dan lemahnya posisi tawar petambak garam dalam penentuan harga garam. Sehingga usaha garam rakyat akan semakin meningkat produksi dan kualitasnya, menyerap banyak tenaga kerja dan akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha pembuatan garam tambak.

22 Feb 2013

PENYAKIT VIBRIO DI DALAM BUDIDAYA UDANG

PENYAKIT VIBRIO DI DALAM  BUDIDAYA UDANG
            Pendahuluan
Kabupaten Pati memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdiri-dari sumberdaya perairan pantai sepanjang +  60 Km dengan lebar 4 mil yang diukur dari garis pantai kearah laut, sumberdaya perikanan air payau berupa tambak seluas + 10.604 Ha yang terdapat disepanjang pesisir dan sumberdaya perikanan air tawar yang semakin berkembang.
Di tahun 1990 an produksi udang di Kabupaten Pati sangat besar tetapi kondisi ini mengalami tingkat penurunan yang sangat banyak mulai tahun 2000an. Kondisi lingkungan yang mulai menurun menyebabkan banyaknya penyakit yang menyerang udang, yang mengakibatkan pada matinya udang. Penyakit karena bakteri vibrio merupakan salah satu penyaklit yang banyak ditemukan didaerah Pati. Penyakit ini merupakan salah satu jalan baginya masuknya penyakit White Spot.
Tulisan ini akan membahas jenis vibrio yang merugikan yang menyerang tambak dan alternatif cara pencegahan dan pengobatannya

Jenis Vibrio
. Di antara kelompok jasad renik yang menyebabkan kerugian serius di dalam budidaya udang, adalah bakteri.  Karena menyebabkan kerugian secara ekonomis dan menyebabkan kerusakan pada tambak. Penyakit karena bakteri, sebagian besar berkaitan dengan bakteri jenis Vibrio, telah dilaporkan menyerang udang dalam budidaya udang.  Sedikitnya berjumlah ada 14 jenis vibrio , yaitu  Vibrio Harveyi, V. splendidus, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. anguillarum, V. vulnificus, V. campbelli, V. fischeri, V. damsella, V. pelagicus, V. orientalis, V. ordalii, V. mediterrani, V. logei. Vibriosis adalah suatu penyakit hasil bakteri yang bertanggung jawab pada kematian budidaya udang di seluruh dunia (Lightner et al., 1992; Lavilla-Pitogo et Al., 1990). Jenis Vibrio secara luas terdapat dalam suatu system budidaya diseluruh dunia . Infeksi Vibrio sering terjadi di hatcheries, tetapi juga biasanya terjadi dalam  kolam pembesaran udang. Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram-negative dalam keluarga Vibrionaceae. Masuknya vibrio kemungkinan terjadi ketika faktor lingkungan yang menyebabkan tingkat penambahan bakteri yang sangat cepat, dan ada pada  di dalam darah udang . Bagaimanapun juga, Vibrio Spp. adalah di antara bakteri chitinoclastic yang berhubungan dengan penyakit kerang dan kemungkinan masuk melalui  luka ke dalam    exoskeleton atau pori-pori . Insang merupakan bagian yang paling mudah kena karena hanya ditutup oleh suatu exoskeleton tipis , tetapi permukaan mereka dibersihkan oleh setobranchs. Midgut, terdiri atas kelenjar pencernaan dan batang midgut ( MGT, sering dikenal sebagai usus, tidaklah dilapisi oleh suatu exoskeleton dan oleh karena itu sepertinya menjadi suatu tempat untuk masuknya pathogens yang dibawa air, makanan dan sedimen (Lovett& Felder, 1990).
Vibrio Harveyi, merupakan suatu bakteri gram-negative, bakteri bercahaya, adalah salah satu dari agen mikrobia yang penting yang dapat membuat kematian massal larva udang windu dalam suatu sistem pembesaran. Sejumlah besar udang di hatcheries yang memproduksi benih udang sering menderita kemunduran dalam kaitan dengan penyakit bakteri luminescent dan menderita kerugian ekonomi yang sangat besar. Vibriosis adalah disebabkan oleh sejumlah Vibrio Jenis bakteri, termasuk: V. harveyi, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. penaeicida (Lightner et al, 1992;). Telah dilaporkan berkali – kali mengenai vibriosis yang disebabkan oleh V. damsela, V. fluvialis dan  Vibrio lain yang terdefinisi jenisnya.
 Di antara isolate Vibrio harveyi, beberapanya mematikan dan beberapanya tidak mematikan. Vibriosis ada diseluruh dunia dan semua binatang laut berkulit keras, termasuk udang, adalah yang paling mudah terkena. Infeksi vibrio  terjadi dalam semua tingkat kehidupannya, tetapi kejadian umum di hatcheries. Infeksi vibriosis paling banyak yang telah dilaporkan untuk P. monodon dari kawasan Indo-Pacific, P. japonicus dari Jepang, dan P. vannamei dari Ecuador, Negara Peru, Kolumbia dan Amerika Tengah ( Lightner, 1996). Vibriosis dinyatakan melalui sejumlah sindrom. Hal ini meliputi: mulut dan lenteric (demam) vibriosis, anggota badan dan cuticular vibriosis, luka vibriosis yang terlokalisir, penyakit kulit, systemic vibriosis dan pembusukan hepatopancreatitis ( Lightner, 1990).
Tanda serangan vibrio

Jenis bakteri dari golongan Vibrio harveyi merupakan bakteri yang paling sering menimbulkan kematian massal dalam waktu yang relatif singkat. Bakteri ini menyerang larva udang di panti-panti pembenihan maupun udang yang dibudidayakan di tambak dan dikenal dengan nama penyakit kunang-kunang atau penyakit udang menyala. Udang yang terinfeksi bakteri ini akan  bercahaya dalam keadaan gelap dan biasanya menyerang larva pada stadium zoea, mysis dan post larva. Terjadi lima jenis penyakit vibrio yang menyerang udang : necrosis pada ekor, penyakit kulit, penyakit merah, sindrom lepas kulit ( LSS) dan penyakit usus putih ( WGD) yang kesemuanya disebabkan oleh Vibrio Spp. Diantara itu, LSS, WGD, dan penyakit merah menyebabkan angka kematian massal di dalam kolam budidaya udang. Enam jenis Vibrio-V. Harveyi, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. anguillarum, V. vulnificus dan V. splendidus-are berhubungan dengan udang yang sakit . Distribusi Dan Komposisi Jenis bakteri luminens di dalam hatcheries udang menunjukkan dengan jelas terhadap kehadiran V. harveyi ( 97.30%) dan V. orientalis ( 2.70%) di dalam usus udang dimana sumber utama bakteri ini didalam hatchery udang adalah bahan kotoran yang berasal dari brood stock yang kemungkinan terjadi sewaktu bertelur.
Angka kematian dalam kaitan dengan vibriosis terjadi ketika udang tertekan oleh faktor seperti: kualitas air yang buruk, kepadatan tinggi ,suhu air tinggi, rendahny oksigen (DO) dan rendahnya pergantian air (Lightner dan, 1975; Brock dan Lightner, 1990). Angka kematian tinggi yang pada umumnya terjadi pada postlarvae dan juvenil. Larvae udang windu mengalami kematian dalam waktu 48 jam sejak terkena V. harveyi dan V. splendidus ( Lavilla-Pitogo, Et Al., 1990). Juga ada Laporan kematian udang windu yang sudah siap panen yang disebabkan oleh vibriosis ( Anderson et Al., 1988). Udang windu dewasa yang terkena vibriosis nampak hypoxic, menunjukkan badan yang merah ke insang coklat, nafsu makan kurang dan udang berenang lemah di tepi dan permukaan kolam ( Anderson et Al., 1988). Vibrio Spp. juga menyebabkan  penyakit kaki merah. Enam Vibrio Jenis, Termasuk V. harveyi dan V. splendidus menyebabkan luminesensi, yang kelihatan pada malam hari, menyerang udang pada tingkat postlarvae, muda dan dewasa (Lightner, et al., 1992). Postlarvae yang terkena infeksi juga memperlihatkan pergerakan kurang, mengurangi phototaxis dan usus kosong.
Udang yang terkena vibriosis terlihat ada luka yang terlokalisir sepanjang kulit jangat ini merupakan tanda khas penyakit yang menyerang kulit oleh bakteri., infeksi terlokalisr  dari bocornya luka, hilangnya otot, jaringan yang tidak jelas, peradangan usus atau hepatopancreas dan atau keracunan darah ( Lightner, 1993). Luka penyakit kulit hasil bakteri adalah warna coklat atau hitam dan nampak diatas kulit jangat badan, anggota badan atau insang. Postlarvae yang terkena hepatopancreat menunjukkan seperti berawan .Insang sering nampak warna coklat. Pembusukan Hepatopancreatitis dikenali sebagai berhentinya pertumbuhan hepatopancreas dengan multifocal necrosis dan radang haemocytic, yang berisi sejumlah besar  Vibrio parahaemolyticus maupun  V. harveyi dan melepasnya epithel sel dari dasar lapisan MGT . Lepasnya sel Epithelial tidaklah dilihat sebagai kehadiran bakteri non-pathogenic ( probiotics) .
            Pathogens seperti Vibrio Spp., Yang menyebabkan lepasnya epithelium di dalam MGT, dapat mempengaruhi angka kematian tinggi di udang dengan menghilangkan  2 lapisan yang melindungi udang dari infeksi: epithelium dan selaput peritrophic yang dikeluarkannya. Sebagai tambahan, hilangnya epithelium mempengaruhi peraturan air dan pengambilan ion ke dalam badan.
Hasil diagnosa

            Hasil diagnosa infeksi vibrio didasarkan pada tanda klinis dan demonstrasi histological bakteri Vibrio di dalam luka, bongkol yang kecil-kecil atau haemolymph. Organ bagian pengeluaran dan Haemolymph di coba pada media Vibrio-selective (TCBS) atau media agar laut yang umum.. Ketika menyelidiki postlarvae, keseluruhan contoh dihancurkan dan kemudian ditanam ke suatu media agar. Koloni Luminescent diamati setelah 12  sampai 18 jam setelah diinkubasi pada suhu-kamar atau 25 ke 30oC.
            Vibrio diisolasi untuk dikenali dengan  sejumlah metoda, termasuk: Gram strain, Motilas, suatu oxidase test, gaya glukosa utilisasi, ditumbuhkan dalam Nacl, Pengurangan Nitrat Dan cahaya. Jenis vibrio dikenali dengan cepat dengan menggunakan API-20 NFT yang sistemnya dengan menanan koloni vibrio pada API-NFT  dan menghitung angka koloni menurut arah alat tersebut ( Lightner, 1996) atau BIOLOG ( suatu sistem identifikasi miniatur bakteri yang merupakan  suatu alternatif kepada API sistem). Test kepekaan Antimicrobial  mungkin digunakan untuk mengidentifikasi vibriosis dan dapat dijalankan menggunakan metode disk Kirby-Bauer ( DIFCO, 1986) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) method  ( Lightner, 1996)

Penyebaran Vibrio
 Jenis vibrio hidup di air menggunakan fasilitas budidaya udang ( Lavilla-Pitogo, Et Al., 1990) dan biofilm, yang mana bentuknya berbeda hubungannya antara air di hatcheries dan di kolam. Bakteri masuk udang melalui luka atau retakan kulit jangat dan dicernakan dengan makanan (Lavilla-Pitogo et Al., 1990). Sumber yang utama V. harveyi di hatcheries berada dalam  midgut broodstock udang betina, yang ditumpahkan sewaktu ikan bertelur ( Lavilla-Pitogo et Al., 1992).

Ketahanan Vibrio
 Banyak studi telah dikerjakan mengenai efek membekukan pada  vibrios yang mencemari udang  yang dipanen. V. vulnificus di tiram yang  dipanen ( Crassostrea Virginica) dapat terus hidup pada suhu - 20 C  selama waktu 70 hari . V. parahaemolyticus, diisolasi dari daging daging tiram yang dihomoginasi dan diinactiv di dalam 16 hari pada - 15 C ketika jumlah kandungan bakteri adalah sangat tinggi ( 10 cfu/gm; Muntada-Garriga et Al., 1995). Ada bukti terbaru untuk menyatakan bahwa V. harveyi dapat survive di sedimen kolam genap setelah penjernihan dengan khlor atau perawatan dengan kapur ( Karunasagar et Al., 1996).
Perkembangan vibriosis

 Vibriosis adalah suatu masalah umum diseluruh dunia, V. harveyi terus berlanjut menyebabkan angka kematian diseluruh dunia diperkirakan diatas 30% pada P. monodon larvae, postlarvae dan dewasa di bawah kondisi-kondisi udang yang stres. Suatu strain Vibrio yang sangat pathogenic juga telah muncul dan terus menyebabkan angka kematian dalam budidaya udang ( Le Groumellec et Al., 1996). Permasalahan disebabkan oleh vibriosis adalah umum, tetapi dipertimbangkan lebih kecil dibanding wabah karena virus.

Penanggulangan Vibrio
Upaya penanggulangan penyakit kunang-kunang ini telah dilakukan dengan pemberian berbagai macam antibotik. Pemberian antibiotik secara terus menerus memberikan dampak negatif pada larva udang karena akan meninggalkan residu dalam tubuh dan menyebabkan resistensi terhadap V. Harveyi.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit vibriosis pada udang windu antara lain penggunaan obat-obatan dan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik dan bahan-bahan kimia tidak efektif lagi karena tidak memberikan hasil yang memuaskan, yaitu pada dosis tertentu justru berdampak negatif pada ikan/udang itu sendiri, bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi bakteri Vibrio spp. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain dalam upaya penanggulangan penyakit pada usaha budidaya udang windu yang lebih efektif, murah dan ramah lingkungan.
 Vibriosis dikendalikan oleh terjaganya kesehatan dan manajemen air yang ketat untuk mencegah masukan vibrios di air ( Baticados, et al., 1990) dan untuk mengurangi tekanan pada udang ( Lightner, 1993). Pemilihan Lokasi baik, Disain Kolam Dan Kolam Persiapan adalah juga penting ( Nash et Al., 1992). Pergantian air setiap hari dan suatu pengurangan biomass di kolam dengan pemanenan parsial direkomendasikan untuk mengurangi angka kematian disebabkan oleh vibriosis. Pengairan, mengeringkan dan mengatur lime/dolomite ke kolam panenan juga direkomendasikan ( Anderson et Al., 1988).
Luminescent vibriosis dapat dikendalikan di hatchery dengan mencuci telor dengan yodium ( Sparkdin) dan formaldehida dan menghindarkan pencemaran oleh kotoran bertelur. V. harveyi di kolam air dapat inactivated oleh Dioksida Khlor ( Klosant). Probiotics ( Ultrazyme-P-Fs dan Bioremid-Aqua) diatur secara langsung ke dalam air atau dengan cara dicampur pakan. Immunostimulants ( Immunomax-Fs) juga telah sukses dapat mengurangi angka kematian udang yang diakibatkan oleh  vibriosis. Penggunaan Lactobacillus sp sebagai  bakteri probiotic di dalam budidaya  udang windu ( P.Monodon) juga terbukti dapat menekan vibrio . Jiravanichpaisal Dan Chuaychuwong et Al ( 1997)  telah menyelidiki suatu perawatan  efektif dengan Lactobacillus sp  terhadap vibriosis dan penyakit bercak putih pada  P. monodon. Mereka menyelidiki pertumbuhan beberapa bakteri probiotic, dan survival mereka di air laut yang salinitasnya 20 ppt  kurang lebih selama 7 hari. Aktivitas dua Lactobacillus sp dalam menghambat terhadap Vibrio Sp., E. coli, Staphylococcus sp ternyata mempunyai pengaruh yang efektif.
             Efek konsentrasi tembaga pada luminesensi dan racun V. harveyi telah diselidiki oleh Nakayama. T. et al ( 2007). Mereka menemukan konsentrasi tembaga ( unsur  tidak zat pembunuh kuman) kurang dari 40 ppm tidak punya efek pada pertumbuhan udang. Sedang  V. harveyi yang diberi dengan 40 ppm konsentrasi tembaga menunjukkan terjadinya pengurangan cahayanya ( luminesensi ). Oleh karena itu, kombinasi prebiotics, probiotics, immuno-stimulants dan unsur  non-antibiotic ( LBEENEX) mempunyai kekuatan besar melawan vibriosis dan Luminescent Bakteri ( LB)  dikombinasikan dengan cara budidaya tambak yang baik ( BAP),merupakan suatu alat manajemen yang efektif untuk mengendalikan bakteri luminesensi beracun yang ada dikolam budidaya.
Bakteri probiotik yang bersifat non patogen dan memiliki kemampuan mengurangi, menghambat ataupun, membunuh bakteri patogen, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan merupakan alternatif lain yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit. Beberapa sumber bakteri probiotik yang telah diteliti antara lain air laut, air tambak, sedimen laut, dan karang.
Selain itu teknik lain yang perlu dikaji dan dievaluasi untuk menanggulangi penyakit pada budidaya udang windu adalah merangsang kekebalan non-spesifik udang melalui penggunaan vaksin dan immunostimulan. Teknik tersebut telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun dari manca negara, namun optimalisasi penggunaan suatu jenis immunostimulan masih perlu dilakukan. Penggunaan bahan aktif dari sponge dan mangrove sebagai antibakteri juga telah mulai dirintis, namun sampai saat ini optimalisasi penggunaannya masih perlu dikaji lebih lanjut sehingga diperoleh hasil yang memuaskan dan bisa diterapkan dalam skala lapangan.

 

 

Daftar Pustaka

Anderson, I.G., Shamsudin, M.N. and Shariff, M. 1988. Bacterial septicemia in juvenile tiger shrimp, Penaeus monodon, cultured in Malaysian brackishwater ponds. Asian Fis.Sci. 2: 93-108.
Baticados, M.C.L., Lavilla-Pitogo, C.R., Cruz-Lacierda, E.R., de la Pena, L.D. and Sunaz, N.A. 1990. Studies on the chemical control of luminous bacteria Vibrio harveyi and V splendidus isolated from diseased Penaeus monodon larvae and rearing water. Dis. Aquat. Org. 9: 133-139.
Herawati, E. 1996. Karakterisasi Fisiologi dan Genetik Vibrio Berpendar sebagai
Penyebab Penyakit Udang Windu. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

14 Feb 2013

Salmonella


SALMONELLA

    Salmonella merupakan salah satu jenis bakteri yang berbahaya yang ada dalam makanan laut. Bakteri ini bila tidak dicegah dan dimatikan akan berdampak serius bagi kesehatan manusia. Banyak kejadian keracunan makanan yang terjadi yang diakibatkan oleh bakteri salmonella ini. Pengetahuan dan iformasi yang kurang mengenai bakteri ini mengakibatkan banyaknya kasus keracunan dan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri salmonella. Pengetahuan tentang pengetahuan salmonella diperlukan juga untuk tujuan keamanan pangan. Dimana penegetahuan ini akan membawa manfaat yang besar bagi keamanan pangan, terutama pangan dari hasil perikanan.  Dibawah ini kami sajikan artikel mengenai bakteri salmonella yang kami  terjemahkan dari artikel berjudul Salmonella in seafood Tulisan P J Bremer, G C Fletcher & C Osborne (New Zealand Institute for Crop & Food Research Limited A Crown Research Institute)

1. Latar Belakang

    Keluarga Salmonella terdiri  atas 2435 serotypes bakteri. Dua jenis salmonella yaitu,Salmonella Enteritidis dan Salmonella Typhimurium, merupakan jenis utama dari salmonella  yang menjadi penyebab infeksi manusia yang jumlahnya meliputi kira-kira separuh dari semua infeksi yang menyerang  manusia. Pencemaran Salmonella dapat  terjadi jika kerang-kerangan dikumpulkan dari tempat yang tidak bersertifikat atau tumbuh dalam air yang tertutup atau dihasilkan dari pemprosesan pasca panen dan pengemasan yang kondisinya tidak hygienis.  Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bakteri Salmonella merupakan sebuah  masalah penting dalam industri makanan laut Selandia Baru

2. Biologi Organisme

    Salmonella adalah berbentuk batang, secara fakultatif anaerobic, motile bakteri. Jenis yang Nonmotile merupakan  Perkecualian  adalah S. Gallinarum dan S. Pullorum. Batangnya berukuran  0.7-1.5 μm x 2.5 μm, walaupun begitu dapat membentuk filament panjang. Salmonella  tidak membentuk spora dan bersifat gram negative. Salmonella dibagi menjadi serotypes atau serovars,  berdasar pada perbedaan di dalam
reaksi mereka dalam menyerang antibody, mereka adalah O atau somatic antigens ( O antigen adalah lipopolysaccharide pada badan sel, badan sel dikenal sebagai  somatic) dan H atau flagella ( motilas organelle) antigens.

3. Ketahanan Hidup

    Salmonella telah dilaporkan dapat hidup diantara suhu 2-54°C walaupun pertumbuhan di bawah 7°C  sebagian besar hanya teramati  di media kultur mikrobiologi dan pertumbuhan di atas 48°C terbatas pada bentuk yang telah mengalami mutasi atau mutants atau tempered strains.







4. Ukuran Pertumbuhan

Min.aw   Min.pH  Max pH   Max %  salt  Min. temp(°C)1      Max. temp (°C)1         Oxygen                                                                                                          requirement
0.92-0.93  4.0          9.5          8                  6 - 7                     45 – 47               Facultative                                                 anaerobe2
1 Most Salmonella in foods.
2 Grows with or without oxygen.


5. Penyakit Alami

    Selama lebih dari 100 tahun Salmonella telah dikenal menjadi penyebab penyakit. Bakteri yang pertama terisolasi dari babi yang menderita kolera babi oleh    seorang ilmuwan Amerika, Dr Daniel E. Salmon, di tahun 1885.
    Salmonella dipertimbangkan menyebabkan dua sindrom penyakit yang berbeda,
 yang diuraikan secara sederhana sebagai penyakit systemic dan gastroenteritis.
 Penyakit Systemic, yang mana di negara berkembang secara relatif jarang terjadi , dihubungkan dengan strain yang mendiami inang seperti. STyphi, S. Paratyphi dan. Sendai di dalam tubuh manusia. Sindrom yang systemic adalah bersifat mempunyai masa inkubasi yang panjang, mempunyai tingkat infeksi lebih rendah dibanding
yang diperlukan untuk penyakit gastrointestinal, dan gejalanya meliputi  keracunan darah dan penyakit tipus atau suatu demam seperti penyakit tipus. Di negara maju penyakit gastro enteric paling sering dihubungkan dengan transmisi makanan. Ketika penyakit menjadi  akut, gejala seperti mual, muntah, kram perut, diare, demam dan  sakit kepala. Waktu Serangannya terjadi  6 sampai 72 jam dan tingkat infeksinya  dapat menjadi sedikit.
    Sekitar 15-20 sel yang tergantung pada umur dan kesehatan tubuhnya, dan perbedaan di dalam strain Salmonella. Di sejumlah besar serangan penyakit Salmonella  terjadi di faeses . Gejala akut terjadi antara 1 sampai 2 hari atau mungkin lebih panjang lagi, lagi tergantung pada faktor keadaan tubuh, dosis yang dicernakan, dan karakteristik strain. Banyak orang memulihkannya  tanpa bantuan medis.
Infeksi  Salmonella dapat mengancam kehidupan, terutama untuk yang berumur sangat muda, yang berumur tua, dan untuk para orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Berikut  tahapan yang akut, ekskresi Salmonella berhenti di dalam beberapa  minggu, walaupun pengangkut status boleh meningkatkan.
Sejumlah kecil orang yang yang terkena infeksi  Salmonella berkembang  pada kesakitan pada tulang sendi,iritasi mata, dan kesakitan pada saluran kencing. Ini disebut syndrome Reiter'S. Itu dapat cukup terjadi dalam bulan atau tahun dan dapat mendorong kearah radang sendi kronis yang sukar untuk disembuhkan.

6.  Berhubungan dengan Makanan

    Salmonella Spp. telah ditemukan di daging mentah, unggas, telor, susu dan produk   susu , ikan, udang, kaki kodok, ragi, kelapa, kuah dan bumbu salada, Campuran kue, makanan pencuci mulut, gelatin kering, kacang mentega, dan coklat.
Makanan hasil laut yang berasal dari panen atau lokasi yang airnya terkena polusi kemungkinan akan dicemari dengan Salmonella, dan ikan yang ditangkap dari air terbuka bersih dapat dicemari Salmonella setelah pemanenan. Secara internasional, ada beberapa laporan tentang kolam udang yang terkontaminasi dengan Salmonella dalam kaitan dengan budidaya udangnya yang menggunakan air yang kualitasnya rendah dalam membesarkan udang.


7. Sumber Pencemaran

    Bakteri Salmonella adalah tersebar secara luas pada hewan , terutama unggas dan babi. Sumber lingkungan organisma meliputi air, lahan, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, tinja binatang, daging mentah, unggas mentah, dan  makanan hasil laut mentah.

8.  Peraturan Keselamatan Makanan
    Food Standards Australia New PART 1.6 Microbiological and Processing
Requirements, Standard 1.6.1, Batas Mikrobiologi untuk Makanan, Zealand
 ( Http://Www.Anzfa.Gov.Au/Foodstandardscode/) memberlakukan sebagai berikut untuk Salmonella:
Crustaceae yang dimasak: n= 5, c= 0, m= 0 Salmonella per 25 g
Crustaceae yang mentah: n= 5, c= 0, m= 1 Salmonella per 25 g
Artinya
n berarti jumlah minimum unit contoh yang harus diuji dari  banyak makanan.
c berarti jumlah maksimum yang bisa diijinkan dari contoh cacat yang diijinkan.
m berarti tingkatan mikrobiologi yang bisa diterima di dalam suatu unit contoh.
9. Prosedur Pengendalian

Untuk kerang-kerangan, pengendalian  tergantung pada kepastian bahwa kerang-kerangan yang dipanen digolongkan hidup di perairan yang bersikap terbuka.
Untuk makanan hasil laut lain, pengendalian  didasarkan pada implementasi tentang higienis  penanganan dan praktek pemrosesan dan menjaga dengan teliti dalam pengendalian suhu.

7 Feb 2013

Peranan Probiotik Dalam Budidaya Perairan

Peranan Probiotik Dalam Budidaya Perairan

Kabupaten Pati sebagai salah satu sentra produksi perikanan budidaya perairan di Jawa Tengah mempunyai potensi lahan yang cukup besar dengan luas tambak seluas + 10.604 Ha luas kolam air tawar dan luas pembenihan ikan. Serangan penyakit merupakan permasalahan utama yang terjadi dalam budidaya perairan,terutama budidaya udang windu, yang sampai sekarang belum bisa teratasi. Kondisi ini akibat menurunnya kondisi lingkungan yang diakibatkan penggunaan bahan kimia yang berlebihan serta pemakaian obat-obatan yang tidak terkontrol pada waktu terjadinya masa jaya budidaya udang windu pada tahun 1990 an sampai awal tahun 2000an. Pada akhirnya menyebabkan banyaknya penyakit yang menyerang udang, yang mengakibatkan matinya udang. Banyak cara yang telah direkomendasikan oleh para ahli untuk memperbaiki kondisi tersebut. Salah satu caranya adalah pemakaian probiotik untuk budidaya perairan. Kenyataan dilapangan sudah banyak pembudidaya ikan atau udang dan para pembenih ikan yang telah menggunakan probiotik. Tulisan ini akan membahas secara singkat mengenai probiotik dalam budidaya perairan.
Menurut ahli pangan dan pertanian yang tergabung dalam Organisasi Kesehatan Dunia ( FAO/WHO), Menyatakan bahwa  probiotics adalah Mikroorganisme yang hidup,  ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, membuat  manfaat kesehatan bagi yang mengkonsumsinya ( FAO/WHO, 2001). Probiotik mulai diaplikasikan pada kegiatan budidaya sejak Fuller (1989) mendefinisikan probiotik sebagai Pakan tambahan berupa mikroorganisme hidup yang berpangaruh positif terhadap inangnya dengan memperbaiki keseimbangan komunitas mikroorganisme di dalam ususnya.  Menurut Moriarty ( 2006) Pengertian probiotik untuk budidaya perairan tidak hanya mikroorganisme yang diberikan kepada inangnya tetapi juga mikroorganisme tersebut dapat diberikan ke bak pembenihan atau kolam secara langsung yang tujuannya untuk merubah jumlah komposisi mikroorganisme menguntungkan lebih banyak macamnya daripada mikroorganisme yang merugikan.
    Menurut (Gomez-Gil et al., 2000 dalam Balcazar et al 2006)  mekanisme tindakan probiotik melawan bakteri yang tidak menguntungkan meliputi  ( i) melakukan kompetisi dengan bakteri pathogenic ( Garriques dan Arevalo, 1995; Moriarty, 1997; Gomez-Gil et Al., 2000; Balca´Zar, 2003;Balca´zar et al., 2004; Vine et al., 2004a); (ii) sumber yang menyumbang nutrisi dan enzim untuk pencernaan(Sakata, 1990; Prieur et al., 1990; Garriques dan Arevalo, 1995); (iii)  Penghancuran bahan organik secara cepat oleh bakteri (Garriques andArevalo, 1995; Moriarty, 1997); dan yang lainnya masih diselidiki seperti ;(iv) meningkatkan kekebalan tubuh melawan serangan mikroorganisme pathogen (Andlid et al., 1995; Scholz et al., 1999; Rengpipat et al., 2000; Gullian and Rodrı´guez, 2002; Irianto and Austin, 2002; Balca´zar, 2003; Balca´zar et al., 2004); (v) mempunyai pengaruh antivirus (Kamei et al., 1988; Girones et al.,1989; Direkbusarakom et al., 1998).
 Proses seleksi  probiotik yang digunakan untuk budidaya perairan menurut (Gomez-Gil et al., 2000 dalam Balcazar et al 2006)  meliputi: ( i) informasi latar belakang mikroorganismenya ; ( ii) pengadaan potensi  probiotics ; ( iii) evaluasi kemampuan potensi probiotics ke strain pathogenic;  ( iv) penilaian potensi pathogenitas dengan  probiotics; ( v) evaluasi efek potensi  probiotics di dalam inang; ( vi) analisa biaya/keuntungan.
    Menurut (Arifin, zaenal dkk) Probiotik dapat dibedakan menjadi :
1. Probiotik pengurai pupuk organik didalam  tambak
Dimana mikroorganismenya adalah bakteri jenis (Baccillus atau Nitrobacter atau Nitrosomonas)
2. Probiotik pengurai limbah organik di dalam tambak
Dimana mikroorganismenya adalah bakteri jenis Bakteri fotosintetik bakteri Chtinioclastic, Lipolitic, Cellullolityc, proteolitic bacteria.

3. Probiotik yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang
Dimana mikroorganismenya adalah bakteri jenis Lactobaccillus.
Proses penumbuhan probiotik  menurut meliputi :
a. Probiotika pengurai pupuk organik sebelum dimasukkan ke tambak
Diperlukan untuk menumbuhkan fitoplankton secara cepat dan stabil
miminum hingga 7 hari, komposisi pupuk dan probiotika yang diberikan adalah
sbb :
• Dedak sebagai sumber karbohidrat, selulosa dan silikat
• Gula/tetes tebu sebagai sumber CO2
• Protein tepung ikan/Urea/Pakan BS sebagai sumber nitrogen dan
karbon (C) sebagai penyusun protein sel probiotika
• Bakteri biakan (Baccillus atau Nitrobacter atau Nitrosomonas)
• Aerasi/ pengadukan agar proses berlangsung secara aerobik
b. Probiotika pengurai limbah organik di dalam tambak
• Bakteri fotosintetik bakteri Chtinioclastic, Lipolitic, Cellullolityc,
proteolitic bacteria.
• Molase sebagai sumber Karbon
• Tepung ikan sebagai sumber protein
• Zeolite sebagai pemberat dan pori-pori penyerap bakteri
• Pengadukan tanpa aerasi karena bakteri aerobik fakultatif
c. Probiotika yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang
• Bakteri Lactobaccillus
• Gula dan air sebagai medium pertumbuhan
• Tepung ikan sebagai sumber protein
• Kanji sebagai medium pengikat untuk dilapisi di pakan (pelet)

    Manfaat penggunaan probitotik dalam budidaya perairan menurut Moriarty et al 2005 adalah :
1.    Kualitas air dan dasar kolam diperbaiki sehingga akan meminimalkan stress pada udang dan akan meningkatkan kesehatannya
2.    Membersihkan air buangan dari kolam sehingga dampak bagi lingkungan rendah
3.    Bakteri yang merugikan dan virus dapat terkontrol dan seluruh mikroorganisme di dalam ekosistem perairan dapat diatur
4.    Meningkatkan sistem kekebalan pada udang
5.    Memperbaiki saluran pencernaan sehingga berdampak menekan terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh asimilasi makanan
6.    Tidak perlu digunakannya antibiotik. Sehingga akan menghentikan terjadinya kekebalan bakteri yang merugikan

Pemilihan produk  probiotik yang dijual dipasaran  untuk budidaya perairan haruslah sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 02/MEN/2007 Tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik, dimana harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal;
b. sesuai dengan ketentuan dan petunjuk pada etiket dan brosur;
c. etiket harus menggunakan Bahasa Indonesia;
d. tidak mengalami perubahan fisik (tekstur, warna, dan bau);
e. kemasan, wadah, atau pembungkusnya tidak rusak;
f. sesuai dengan peruntukkannya;
g. tidak kadaluarsa;
    Karena itu dalam pembelian produk probiotik yang beredar haruslah dilihat secara cermat apakah produk tersebut sudah diberi ijin oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan atau belum. Produk Probiotik yang resmi bagi budidaya ikan sebelum dipasarkan untuk masyarakat umum haruslah sudah didaftarkan di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kalau sudah terdaftar resmi di Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemudian Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengeluarkan daftar probiotik yang telah terdaftar. Karena itu kalau masih ragu apakah probiotik yang kita beli itu sudah terdaftar atau belum di kementerian kelautan dan perikanan, kita bisa menghubungi instansi yang berwenang di daerah. Dalam hal ini kita bisa menghubungi dinas kelautan dan perikanan yang mempunyai daftar produk probiotik yang sudah berijin. Penggunaan Probiotik harus pula diperhitungkan secara cermat dan digunakan sesuai dengan yang dianjurkan dalam kemasannya. Kekeliruan dalam penggunaan probiotik tidak akan memberi manfaat bagi pembudidaya perairan dan hanya akan menambah biaya pengeluaran.
Selain itu harus pula diingat bahwa penggunaan probiotik hanyalah salah satu faktor dalam keberhasilan budidaya. Faktor lain seperti pemilihan benih yang bagus, pengelolaan air yang benar serta pemakain dan penggunaan pakan yang tepat juga harus mendapat perhatian yang seksama. Karena mengabaikan faktor-faktor ini akan membuat pemakain probiotik tidak akan ada manfaatnya dan hanya membuang-buang uang saja.

Penggunaan Pestisida dalam budidaya udang dan Bagaimana Pengaruhnya Bagi Kesehatan Kita



Penggunaan Pestisida dalam budidaya udang dan Bagaimana Pengaruhnya Bagi Kesehatan Kita

Dibawah ini merupakan lanjutan tulisan mengenai bahan bahan kimia berbahaya yang dinyatakan oleh m salah satu lembaga swadaya masyarakat disana yang digunakan dalam budidaya perairan khususnya budidaya udang. telah saya terjemahkan.
Penggunaan zat antibiotic di tambak udang bukanlah satu-satunya isu yang mengganggu kesehatan, konsumen perlu untuk sadar untuk memutuskan ya atau tidaknya mengkonsumsi udang adalah untuk keamanan makanan, terutama dalam jumlah besar dari waktu ke waktu. Bidang perhatian lainnya adalah tersebarnya secara luas penggunaan chlorinated, fluor , dan pestisida  organophosphate yang digunakan untuk budidaya udang  (seperti Endosulfan Malachite green     Oxalate, Trichlorfon organophosphate)  Sialnya , data yang tepat pada jenis diatas dan jumlah pestisida yang digunakan dalam budidaya  terbatas pada beberapa studi dari akibat  dan dampak lingkungannya terhadap kesehatan manusia. Di tahun 1990an, metoda pendeteksian untuk residu pestisida telah diperbaiki, tetapi waktu itu belum secara menyeluruh. Sebagian, menghasilkan, kesehatan konsumen tidaklah terlindungi dari bahan-kimia yang berpotensi berbahaya yang digunakan dalam pembesaran udang di tambak..28
Disana ada suatu informasi yang substansiil yang menetapkan banyak sekali dan secara luas mengenai pengaruh kesehatan manusia yang meliputi banyak hal yang berasal dari pencemaran pestisida di lingkungan dan di rantai makanan manusia. 29 30 Campuran ini bekerja pada hampir tiap  organ manusia dan berproses di tubuh, mulai di tingkat genetic, yang menyebabkan suatu permasalahan kesehatan dan kecacatan, termasuk yang berikut: janin dan cacat kelahiran; miscarriages; perlemahan sistem kekebalan; ketidaksuburan pria; kerusakan otak; tingkat terkena kanker yang lebih tinggi pada anak-anak dan berbagai jenis kanker yang mempengaruhi berbagai organ, sebagai contoh, otak dan paru-paru, kanker prostat di dalam orang, kanker dada dan kanker yang mempengaruhi organ reproduktif wanita; Penyakit parkinson, lymphoma non-Hodgkin's; dan defisit perhatian dan hyperactivas kekacauan pada anak.31 Penggunaan dari pestisida ini dan bahan-kimia lain, seperti formalin, sulfat tembaga, malchite green , deterjen, dan bahan-kimia lain untuk pengendalian mutu air, dapat menghasilkan campuran bahan-kimia yang kompleks di dalam sediment  dan dibebebaskan  dari  kolam udang intensive dan  berpotensi untuk masuk ke  konsumen yang mengkonsumsi udang sehingga menjadi  residu kimia dan bersifat pathogens dengan efek kekebalan terhadap antibiotics.32
Tentu saja, satu pertanyaan kompleks tentang hampir tidak ada apapun yang dikenal dalam kaitan dengan ketiadaan riset adalah bagaimana semua bahan-kimia ini yang mungkin saling berhubungan dengan satu sama lain untuk menciptakan yang baru, berpotensi menjadi  campuran yang sangat beracun. Riset harus dilakukan untuk menemukan bagaimana campuran ini dapat bertahan di lingkungan,yang membuatnya masuk ke dalam komunitas rantai makanan manusia yang hidup dekat tambak udang yang besar .
atau terkumpul dalam jaringan  tubuh udang yang dijual di pasar dan terakumulasi di tubuh dari waktu ke waktu. Ada suatu kebutuhan mendesak atas data yang dapat dipercaya pada penggunaan bahan-kimia yang sekarang di dalam budidaya  udang, terutama sekali yang menggunakannya  untuk penyakit dan pengendalian hama, dan untuk mengontrol lebih keras lagi atas pelarangan atau penggunaan seluruhnya. Akhirnya, harus dikenali bahan kimia yang digunakan dalam jumlah besar dalam rangka memaksimalkan laba jangka pendek dari system budidaya udang intensive merupakan suatu bom waktu bagi potensi kesehatan manusia dan suatu tindakan yang  tidak bisa didukung.
Tinjauan ulang ilmiah menunjukkan bahwa jumlah bahan-kimia yang digunakan dalam tambak sungguh mengejutkan dan merupakan suatu masalah, namun riset nyata kecil telah diadakan.33 Di dalam suatu tinjauan ulang yang luas tentang bahan-kimia yang digunakan petambak Thailand, Peneliti berkebangsaan swedia memperoleh kesimpulan berikut:
" Secara teoritis, bahan-kimia selain dari zat antibiotic yang ditambahkan ke  kolam udang, atau hasil sampingan dari suatu unsur yang diaplikasikan, hal ini mempunyai suatu potensi bioaccumulation, bisa ditemukan seperti residu di dalam udang. … Bagaimanapun juga , telah ada perhatian kecil yang ditujukan  terhadap resiko residu selain dari zat antibiotic di dalam kolam udang, tetapi tidak ada data dari penyelidikan seperti itu telah ditemukan." 34



Ikan Sebagai Makanan

Perjalanan Udang Sebagai makanan dan bagaimana dapat mempengaruhi kesehatanmu
Sepertiga area kesehatan manusia berpotensial beresiko dari memakan udang hasil budidaya, masalah pusatnya  di sekitar pakan yang digunakan untuk membuatnya  menjadi gemuk yang kemudian dijual di pasar. Pakan udang berdasar pada tepung ikan dan minyak, dan di tempat itu ada potensi untuk permasalahan kesehatan manusia. Tepung ikan Dan Minyak ikan datang dari ikan yang berminyak kecil seperti sejenis ikan hering kecil, ikan sarden, dan menhaden, yang secara rinci ditangkap untuk produksi makanan binatang. Di tahun terakhir, makanan ikan dan minyak ikan telah diberitakan kepada masyarakat  sebagai sumber dari campuran konsentrasi tingkat tinggi yang mematikan dikenal sebagai dioxins dan campuran dioxin  seperti polychlorinated biphenyls,( PCBS), yang dikelompokkan ke dalam kategori zat beracun yang dikenal sebagai polutan  organik yang menetap  (POPs).
Dioxins dan PCBS adalah suatu kelas bahan-kimia unik, dikenal secara luas sebagai organochlorines, yang mana merupakan jenis POPs, adalah produk buatan manusia pada zaman industri ini. PCBS telah digunakan sejak 1929 dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai pemindah  kalor yang mengalir ke trafo besar dan sebagai cairan dielektrikum di dalam kapasitor, meskipun demikian penggunaannya sekarang  telah berhenti. Dioxin adalah bahan kimia beracun yang terkenal terkontaminasi Agen orange - suatu defoliant yang digunakan untuk membersihkan hutan di dalam perang  Vietnam dan dicurigai tetap tertinggal di Vietnam, termasuk dalam area di mana udang dibudidayakan 35- dan menyebabkan diungsikannya kota Pantai, Missouri, di tahun 1983,dan Lokasi love canal di air terjun Niagara, New York, di tahun1978.
Dioxins dan PCBS adalah penyebab kerusakan lingkungan dan permasalahan kesehatan seperti kanker, gangguan hormon, berkurangnya kemampuan untuk bereproduksi, keracunan kulit dan kekacauan sistem kebal.36 . mereka biasa ada di lingkungan sekarang, dan terutama sekali berlimpah-limpah di samudra di mana mereka menjadi bio-accumulated dan memusat sampai rantai makanan laut, dan terutama terkonsentrasi di dalam daging hewan perairan, di mana mereka tidak hanya menyerap bahan-kimia ini dari lingkungan, tetapi juga di dalam makanan mereka, yang mempunyai contaminasi tingkat tinggi.37
Bukti ilmiah dari  Canada dan  Inggris Raya telah mengungkapkan bahwa tingkatan POPs yang berbahaya terdapat di pakan yang diberikan kepada ikan salmon yang dibudidayakan di  Canada Dan Scotland. Studi yang diadakan di Canada untuk yayasan David Suzuki dan di Inggris bersama dengan the U.S. Environmental Protection Agency menyoroti fakta bahwa zat-pencemar POPs  ini berbahaya untuk anak-anak, para ibu menyusui, wanita hamil, dan wanita-wanita yang mempertimbangkan kehamilan, dan dapat mempengaruhi kegelisahan manusia dan sistem imunitas , seperti halnya berpotensi menyebabkan kanker.38
Salah satu dari ilmuwan yang bertanggung jawab untuk riset itu, Dr. Michael Easton, menerangkan bahwa tingkatan POPs didalam  ikan budidaya dihubungkan dengan fakta tingginya protein pakan yang digunakan dalam budidaya dibuat dari  tepung ikan dan  minyak yang berisi sejumlah besar zat-pencemar beracun ini. Laporan Suzuki menetapkan penemuan pada studi November 2000 oleh the European Commission’s Scientific Committee on Animal Nutrition Yang yang telah menemukan bahwa di antara banyak ramuan pakan hewan yang telah dipelajari, tepung ikan dan minyak ikan adalah paling berat tercemari dengan dioxins.39
Dioxins dan PCBS dapat mencemari ikan liar dan ikan dan udang yang dibudidayakan, tetapi ikan dan udang yang dibudidayakan nampaknya konsentrasinya  lebih tinggi sebagai hasil dari kombinasi tepung ikan dalam pakannya dan lokasi mereka berada di dalam kawasan pantai di mana,yang berpotensi tercemar campuran konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari pembuangan limbah industri dan dari area hulu daerah pertanian.Konsentrasi dari campuran ini di dalam tepung ikan  sepertinya adalah yang terbesar, bagaimanapun juga . Suatu laporan survei- ed di dalam jurnal  Ilmu pengetahuan membandingkan tingkatan zat organochlorine -pencemar, termasuk PCBS dan dioxins, di dalam pertanian dibandingkan dengan ikan salmon liar yang dikumpulkan dari  seluruh dunia.40 41 Kebanyakan unsur organochlorine unsur yang dianalisa dalam studi ini tingkat yang lebih tinggi pencemarannya  di temukan dibudidaya dibanding ikan salmon liar, yang mempunyai implikasi negatif untuk udang yang juga dibudidayakan. Pakan ikan yang tercemar telah ditemukan sebagai penyebab tinggi dioxins di dalam ikan.42  43 FDA menguji ikan secara acak empat kali satu tahun, tetapi tidak membedakan antara ikan hasil budidaya dan ikan liar. Peneliti secara rutin menemukan dioxins di dalam ikan, tetapi di dalam level yang bisa diijinkan44 .Batas FDA's untuk mengkonsumsi PCB's Adalah 500 kali lebih tinggi dibanding the U.S. Environmental Protection Agency (EPA). EPA adalah terkait semata-mata dengan kesehatan yang melingkupi makanan, sedang  FDA juga meneliti mengenai nilai gizi dan dampak ekonomi. 45 Sekalipun ikan menawarkan kepada konsumen suatu pilihan yang bergizi dengan isi protein tinggi dan sumber asam lemak Omega-3 yang  baik, zat kontaminasi -pencemar di dalam ikan merugikan manfaat kesehatannya. Konsumen harus memilih antara  nutrisi, (seperti asam lemak Omega-3,) dan zat-pencemar, (seperti logam berat dari industri, pestisida dan bahan-kimia industri).



Isu kontaminasi produk perikanan oleh bahan kimiawi dan bahan antibiotik yang berbahaya

III. ISU-ISU UTAMA DI DALAM INDUSTRI AQUACULTURE ASIA

     Isu lain yang dibahas mengenai kontaminasi produk perikanan oleh bahan kimiawi dan bahan antibiotik yang berbahaya. Disini diuraikan bagaimana produk perikanan budidaya bisa tercemar oleh kontaminasi bahan kimiawi dan bahan antibiotik, dan bagaimanan dampaknya bagi produk perikanan budidaya tersebut.
CONTAMINANTS

Dioxins

Di tahun 1999, kontaminasi dioxin dari Produk Makanan Belgia lewat kontaminasi makanan mengakibatkan EU yang mengesahkan pembatasan sementara pada perdagangan susu dan produk susu, daging sapi, daging babi, unggas, telor dan turunan telor, dan makanan dari sapi. Mereka juga memulai penyelidikan ilmiah untuk mengembangkan suatu kebijakan EU atas dioxins di  makanan dan pakan. Dioxins adalah campuran berbau harum polychlorinated terbentuk sebagai hasil sampingan dari proses kimia alami dan bisa dibuat manusia melalui proses kimiawi. Ada 210 campuran dioxin yang berbeda, hanya sekitar 17 menjadi perhatian dan sebagian dari ini dikenal segala penyebab kanker. Dioxins tidak dapat dalam air, sangat tidak bisa terurai  dan diserap manusia dan jaringan lemak binatang, dengan begitu terkumpul dalam rantai makanan.
Kontaminasi Dioxin dapat bervariasi tergantung pada asal bahan makanan. Daging, Telor, Susu, ikan dari kolam dan produk makanan lain kemungkinan terkontaminasi dioxin karena pencemaran lingkungan lokal tinggi , atau sangat tingginya dioxin di dalam tepung ikan dan minyak ikan. Ikan liar dari area tercemar kemungkinan tinggi akan terkontaminasi. Tepung ikan dan Minyak ikan Eropa yang bersumber dari penangkapan liar, sebagai contoh, mempunyai dioxin sekitar 8 kali lebih tinggi dibanding tepung ikan dan minyak ikan  dari Cili Atau Negara Peru ( SCAN , 2000).
Sebagai hasil pendapat yang dinyatakan oleh the Scientific Committee on Animal Nutrition ( SCAN), peraturannya diterima oleh EU  mulai diberlakukan tahun 2002. Ini dibuat  menurut ketentuan hukum mengikat batas isi dioxin yang terukur dengan kelebihan makanan yang  membatasi untuk dikeluarkan dari rantai makanan. Batas maksimum ditetapkan untuk tepung ikan, minyak ikan, pakan ikan dan campuran pakan adalah:
•    Minyak ikan: 6 NG TEQ/KG gemuk
•    Ikan, binatang laut yang lain laut, hasil sampingan dan produk mereka terkecuali minyak ikan: 1.25 NG TEQ/KG produk
•    Campuran pakan, terkecuali makanan untuk binatang yang berbulu dan pakan ikan ( dari Januari 1, 2002 ke Desember 31, 2005): 0.75 ng TEQ/ kg produk
•    Pakan ikan ( Dari Januari 1, 2002 ke Desember 31, 2005) 2.25 NG TEQ/KG produk ( CEC, 2001)
TEQ berarti menyatakan tingkatan racun  dioxins atau dioxin seperti  PCBS. Karena masing-masing mempunyai suatu tingkat keracunan berbeda, konsep ttg faktor ekwivalensi beracun- TEFS- telah diperkenalkan. Artinya bahwa hasil yang analitis dari semua campuran diubah menjadi satu ringkasan menghasilkan, ' Toxic Equivalent Concentration ' atau TEQ. Dioxins telah pula menjadi suatu penilaian di AS, dan FDA telah melakukan sampling berbagai macam bahan pakan dengan maksud untuk menetapkan suatu aturan dasar  sebelum membuat dasar keputusan yang berisiko pasa berbagai macam bahan yang menagandung dioxin
     Dampak . pengaruh tingkat pengukuran dioxin pada eksportir Asia dan eksporter lainnya belum tercatat. Bagaimanapun juga , EU mempunyai niat meninjau ulang standard mereka di tahun 2006 dengan maksud untuk mengurangi tingkatan maksimum yang diizinkan. Ini mendorong kearah pengurangan lebih lanjut  di dalam ketersediaan bahan baku, khususnya tepung ikan dan minyak, yang memenuhi spesifikasi dan memberi kenaikan di dalam biaya pakan.